Memasyarakatkan Perpustakaan Mencerdaskan Masyarakat

Bookmark and Share

Dinamika perkembangan zaman di era globlalisasi merupakan salah satu syarat mutlak terbentuknya masyarakat yang berperadaban. Dan juga di tengah-tengah krisis multi dimensi ini adalah sebuah problematika yang haus akan solusi-solusi yang representative. Apalagi ditengah kembang-kempisnya kondisi ekonomi rakyat yang berimplikasi pada stabilitas ekonomi Nasional di akhir-akhir ini.
Bagaimana kita mencari celah dalam membentuk manusia dan masyarakat yang cerdas dalam merespons kejadian-kejadian yang akan terjadi di lingkungan sekitar kita. Bagaimana kita mengaktualisasikan bangsa yang cerdas dengan membuka cakrawala dunia, dan apakah kita sudah siap menerima kemajuan dan perkembangan sains dan teknologi yang menjadi cermin sebuah bangsa. Banyak permasalahan klasik yang memunculkan berbagai pertanyaan sentral adalah bagaimana masyarakat dan perpustakaan itu harus didekati, dengan fokus utama mana, dari titik-tilik apa dan untuk apa.
Persetujuan tentang pertanyaan-pertanyaan ini tidak pernah mungkin, dan pertentangan tentang bagaimana memecahkannya berlangsung dengan intensitas tinggi meski kadang-kadang terselubung. Meskipun jarak antar opini tidak kecil, perbedaan pokok terletak antara mereka yang yakin bahwa pada tempatnyalah memakai simbol perpustakaan untuk menciptakan dan menunjang ideologi nasional dan mereka yang ingin melindungi keterbelakangan mereka dari tuntutan langsung nasionalisme dengan tujuan mengembangkan suatu studi dalam kebebasan ilmiah, mempertahankan standar ilmiah—membaca demi pemahaman mendalam akan persoalan sosial (for the sake of a general deepening of social understanding) ketimbang menempatkannya di bawah tujuan yang ditentukan secara politis dan ideologis.
Membaca adalah kemahiran menemukan, mengerti, dan menafsirkan informasi tertulis dalam prosa dan dalam dokumen. Sehingga program perpustakaan disusun untuk dijalanakan demi kemajuan pengetahuan masyarakat. Pola hidup masuarakat diarahkan kesuatu aktivitas membaca yang menunjang keberhasilan program mencerdaskan bangsa seutuhnya sebagaimana statement yang termaktub dalam pembukaan UUD ’45, yang nantinya memberikan kontribusi pada nusa dan bangsa. Bagi masyarakat dapat menyeleseksi perbuatan sendiri secara mandiri dan kata-kata atau kalimat yang dapat menunjang tercapainya tujuan tersebut.
Dengan demikian untuk menunjang hal tersebut sarana dan fasilitas atau media (perpustakaan) merupakan “perantara untuk menjabarkan isi program mencerdaskan masyarakat agar lebih mudah dipahami oleh masyarakat”. Sarana ini dibuat bertujuan agar masyarakat dapat belajar dengan baik. Hal ini akan banyak mempengaruhi hasil pelaksanaan program yang telah direncanakan/diterakan.
Senada dengan hal tersebut bagaimana kita membangun sebuah minat; artinya kecenderungan jiwa kepada sesuatu, karena kita merasa ada kepentingan dengan sesuatu itu, pada umumnya disertai dengan perasaan senamg akan sesuatu itu. Minat dalam kehidupan sehari-hari merupakan hal yang peling penting pada diri manusia. Manusia yang mau melakukan aktivitas itu. Karena tanpa adanya minat manusia tidak akan dapat menyelesaikan suatu perbuatan dengan baik. Lebih lanjut minat yang tinggi tidaklah sulit untuk meraih suatu keberhasilan dalam suatu aktivitas, termasuk didalamnya meraih pengetahuan tidaklah sulit.
Dalam aspek yang lain, minat baca yang kurang atau lemah akan mengakibatkan sulitnya seseorang untuk berkonsentrasi dalam memahami suatu kejadian yang ada, lebih dalam lagi orang malas membaca dan akhirnya akan acuh tak acuh terhadap eksistensi mereka dalam mewarnai hidup dan kehidupannya. Dengan minat yang tinggi dalam membaca, sudah barang tentu mereka di dalam menghadapi tanta ngan maupun rintangan dalam kehidupan dengan sabar dan tabah, karena sudah mampu memahami realitas yang ada. Betapa penting fungsinya minat membaca, maka dari itu perlu sekali untuk meningkatkan minat membaca, karena minat yang terdapat dalam kegiatan untuk kepentingan diri sendiri lebih dari suatu untuk mencapai sebuah harapan yang diinginkan.
Kalau hal semacam ini terjadi pada manusia dan masyarakat, maka akan mudah memusatkan perhatiannya pada masyarakat yang suka belajar (pembelajar), dan pada hakekatnya belajar adalah untuk kepentingan pribadi, oleh karena itu perlu sekali untuk meningkatkan minat yang telah ada pada diri seseorang, sehingga minat tidak tetap dan akan selalu meningkat atau berkembang sesuai dengan perkembangannya. Oleh karena itu minat di dalam membaca adalah penting dibangkitkan dan dikembangkan, sebagaimana yang diisyaratkan Al-Qur’an bahwa manusia dituntut untuk membaca (Iqra’: bacalah!) yang bersifat absolut atau manusia dituntut untuk belajar.
Secara yuridis, tujuan belajar ini didasarkan pada Unadang-Uunadang Sstem Pendidikan Nasional Tahun 2003 pada Bab II pasal 3 yang menyebutkan bahwa: “Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta dagar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab”
Dengan demikian diharapkan proses pendidikan Nasional dapat berjalan dan indikator hasil pendidikan dapat tercapai, maka sebagai salah satu alternatifnya adalah menciptakan media pembelajaran (perpustakaan), khususnya bagi masyarakat secara umum. Karena hal tersebut merupakan sarana pendukung dalam proses mencerdaskan masyarakat yang plural.
Dengan adanya media pembelajaran (perpustakaan) akan memudahkan masyarakat untuk memahami fenomena yang ada. Karena; bagi masyarakat, ketika menemui fenomena yang bersifat verbal terkadang menyulitkan masyarakat untuk memahami segala sesuatu yang ada. Adapun tujuan dan fungsi dari media (perpustakaan) tersebut antara lain; pertama untuk memperluas penyajian pesan, yang berfungsi untuk mengatasai verbalisme, konsep-konsep abstrak bisa menjadi konkrit. Kedua untuk memungkinkan adanya interaksi langsung antara masyarakat dan lingkungan. Ketiga untuk menumbuhkan minat dan motivasi belajar masyarakat dengan membaca. Dan keempat untuk memungkinkan masyarakat belajar sendiri sesuai dengan kemampuannya.
Setiap pembaharuan atau inovasi membawa sejumlah kesulitan dan masalah yang harus dipertimbangkan. Masalah itu antara lain berhubungan dengan waktu, sumber, ruangan, dan personalia. Tiap pembaharuan memerlukan waktu yang cukup agar dapat diterima dan dilaksanakan secara menyeluruh. Sering suatu pembaharuan tidak diberi waktu yang cukup dan sudah ditukar dengan yang lain sebelum dievaluasi setelah waktu yang cukup lama.
Pada manusia secara umum; kecerdasan masyarakat tidak hanya menyangkut aktifitas saja, tetapi terutama sekali menyangkut kegiatan otak, yaitu berfikir. Sehingga ada tiga faktor yang dapat mempengaruhi intensitas membaca, yaitu pertama waktu luangnya masyarakat; kedua pengetahuan masyarakat secara menyeluruh; ketiga transfer; artinya pengetahuan kita mengenai hal-hal yang pernah kita ketahui sebelumnya, kadang-kadang mempengaruhi proses dan hasil yang sedang kita lakukan sekarang
Jadi harus diadakan diagnosis tentang keadaan yang ada dengan berbagai cara seperti revitalisasi perpustakaan daerah, wawancara, pertanyaan, observasi, sosiogram, test-test, dan bahkan pengadaan perpustakaan desa untuk mengetahui suasana lembaga pendidikan itu. Salah satu prinsip yang harus diperhatikan dalam segala pembaharuan ialah keterlibatan semua pihak yang bersangkutan. Harus dirasakan pentingnya pembaharuan (revolusi sistemik) itu. Semua pihak harus turut serta dalam mengambil keputusan-keputusan tertentu demi terwujudnya memasyarakatkan perpustakaan dan mencerdaskan masyarakat.
Penulis: Agus Minan
Desa Trimulyo RT. 03 RW. 04 Kec. Kayen Kab. Pati Kode Pos 59171
MI Miftahul Ulum Trimulyo


Backlink here..

{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }

Posting Komentar