Dunia Perpustakaan || Berbekal sepeda motor tua dan
lemari bekas, Rudiyat (35) atau dikenal Mang Yayat keliling kampung
menjajakan buku bacaan kepada warga. Tidak ada rasa lelah maupun bosan
pada diri Mang Yayat. Dia tetap masuk kampung keluar kampung hanya unruk
mengajak warga gemar membaca buku.
Sudah lebih tiga tahun, Mang Yayat
menjadi tukang perputakaan keliling di Desa Pasirhuni, Kecamatan
Cimaung, Kabupaten Bandung. Niatannya, hanya ingin masyarakay Desa
Pasirhuni gemar membaca untuk menambah pengetahuan dan pangalaman.
Seperti dikutip dari klik-galamedia.com
(28/2/13), Mang Yayat tidak ingin masyarakat Desa Pasirhuni tidak bisa
membaca dan tidak taman sekolah dasar (SD). Karena dasar itulah, Mang
Yayat rela menyisihkan sebagian waktu hidupnya untuk mengajak masyarakat
gemar membaca. Dia rela melakukan
itu, karena melihat sebagian besar
masyarakat Desa Pasirhuni tidak mau datang ke Perpustakaan desa.
Padahal, hampir setiap tahun perpustakaan desa mendapat bantuan dari
Pemkab Bandung maupun masyarakat.
“Saya merasa sayang, harus kemanakan
buku-buku ini.? Sementara warga tidak ada yang mau datang ke
perpustakaan desa. Saya berkeinginan buku-buku itu harus sampai ke
warga,” ujar Mang Yayat yang ditemui di rumahnya di Kp/Desa Pasirhuni RT
5/RW6 Kec. Cimaung, Kab. Bandung, Rabu (27/2/2013).
Mang Yayat mengaku dirinya tidak lulus
sekolah dasar (SD) karena keterbatasan biaya. Akibatnya, Mang Yayat pun
tidak memiliki pekerjaan tetap. Dia selalu teringat kata-kata orang lain
“kalau tak tamat sekolah tidak akan bisa bekerja”. Berangkat dari hal
itulah, Mang Yayat bertekad mencerdaskan masyarakat Desa Pasirhuni harus
bisa dan gemar membaca buku agar bisa lulus sekolah.
Mang Yayat yang sehari-harinya
berprofesi sebagai penjual tahu di Pasar Pangalengan ini, berniat
seluruh warga Desa Pasirhuni melek huruf dan bisa membaca. Tidak heran,
jika dia rela bermandikan keringat keliling desa hanya untuk menjajakan
berbagai buku bacaan maupun ilmu pengetahuan agar bisa dibaca oleh warga
secara gratis. Tidak kurang dari 200 – 500 judul buku setiap hari
dibawa Mang Yayat menggunakan lemari bekas dan motor tua pemberian Ahmad
Somadin pemilik konveksi tempat Mang Yayat bekerja, dulu.
“Setiap harinya ada dua sampai lima buku
yang dipinjam masyarakat dan harus dikembalikan seminggu kemudian. Saya
tidak menarik tarif, semua buku ini bebas dibaca warga secara gratis,”
terangnya.
Untuk melengkapi buku bacaannya, Mang
Yayat rela bolak-balik ke perpustakaan desa. Ditemani isteri Ratna
Suminar (30) dan dua anaknya, Siti Hafsoh (3) dan Dara (13)., Mang Yayat
pun rela rumahnya dijadikan taman bacaan oleh anak-anak yang ada
dikampunya. Semua itu dilakukan, semata-mata untuk kemajuan warga desa.
“Saya tidak berfikir untuk menarif biaya pada anak-anak yang ingin belajar dan membaca buku di rumah,” katanya.
Itulah sebabnya, Mang Yayat pun bermimpi
bisa mempunyai tempat untuk dijadikan taman bacaan dan sanggar belajar
untuk anak-anak di desanya. Untuk sementara ini, Mang Yayat terpaksa
mengubur dulu impiannya dalam-dalam sambil berdoa, suatu hari nanti
dirinya bisa memiliki lahan yang cukup untuk mewujudkan impiannya
tersebut.
Kini, Mang Yayat konsentrasi keliling
kampung ke kampung lainnya ditemani sepda motor dan lemari bekasnya.
Suhu yang dingin dan cuaca yang tak menentu tentunya menjadi kendala
menjajakan buku bacaan (perpustakaan keliling). Dia pun menyulap lemari
bekas pakaian dijadikan rak buku mobil yang ditempatkan di jok belakang
sepeda motornya.
Mang Yayat pun tidak pernah memikirkan
rasa lelah. Usai berjualan tahun di Pasar Pangalenangan, dia langsung
keliling kampung menjajakan buku bacaan. Sepulang itu, dia kemudian
membuat tahu yang akan dijualnya esok hari. Menjelang sore hari, Mang
Yayat meluangkan waktu untuk memberikan pengajaran kepada anak-anak yang
datang ke rumahnya hingga waktu magrib tiba.
“Saya tidak merasa lelah, justru punya
beban jika tidak berkeling kampung. Pasalnya, warga banyak yang menanti
untuk bisa membaca buku yang saya bawa setiap hari,” terangnya.
Respon masyarakat dengan adanya
perpustakaan keliling ini cukup baik. Ini terlihat saat Mang Yayat
datang ke Kampung Ciawitali, Desa Pasirhuni, Kec. Cimaung, masyarakat
langsung mengerubutinya. Rata-rata masyarakat ingin membaca buku bacaan
anak-anak, dongeng, maupun pengetahuan sosial, budidaya dan buku
lainnya.
Seperti diungkapkam Ida (20). Warga Kp
Ciawitali ini, setiap minggunya selalu meminjam buku pada perpustakaan
keliling Mang Yayat, tiga sampai enam buku. “Saya senang buku bacaan,
terutama novel. Lumayan untuk menambah opengetahuan dan mengisi waktu
luang,” katanua.
Berbeda dengan Agus (22). Dia lebih
memilih buku pengetahuan tentang tata cara memelihara burung ocehan dan
pengembang biakannya. “Kebetulan saya memiliki beberapa ekor burung
ocehan. Saya ingin ingin tahu tata cara menangkarkan burung ocehan.
Kebetulan di perpustakaan Mang Yayat buku yang saya butuhkan ada,”
ujarnya.
Baik Ida maupun Agus, kehadiran
perpustakaan keliling Mang Yayat sangat membantu untuk menambah
pengetahuan. Apalagi buku yang dibaca dan dipinjam ini gratis. Mereka
pun berharap, pemerintah membantu pengadaan buku yang lebih komplet dan
populer.
“Tentunya, kami ingin ada buku-buku baru agar tidak ketinggalan dengan masyarakat kota,” tandas Agus.
Backlink here..
{ 1 komentar... Views All / Post Comment! }
navigate to this website sex chair,cheap dildo,cheap dildo,dildos,wholesale sex toys,dildo,vibrators,dog dildo,cheap dildo click for info
Posting Komentar