Salah satu faktor penting yang mewarnai proses belajar
siswa adalah guru/tenaga pengajar yang melakukan kegiatan mengajar. Proses belajar
yang dilakukan siswa dan kegiatan mengajar yang dilakukan guru merupakan dua
proses yang tidak dapat dipisahkan dan cenderung digabung menjadi proses
belajar mengajar (PBM). Kedudukan siswa dalam PBM bukanlah sebagai obyek
melainkan sebagai subyek sehingga guru tidak boleh mendominasi PBM tetapi
justru siswalah yang lebih aktif menjalani kegiatan.
Dalam PBM, salah satu fungsi guru adalah sebagai manager
of instruction, artinya guru sebagai pengelola pengajaran. Fungsi ini
menuntut kemampuan guru dalam mengelola seluruh tahapan proses belajar
mengajar.
Di antara kegiatan pengelolaan PBM yang penting ialah menciptakan kondisi atau situasi sebaik-baiknya sehingga memungkinkan siswa untuk belajar secara optimal. Dengan demikian, agar PBM berlangsung dengan baik guru
harus dapat menciptakan suasana menyenangkan dan menantang, menyediakan serta mengatur sumber belajar sehingga siswa bebas memilih sumber-sumber belajar yang sesuai dan mudah diperoleh.
Di antara kegiatan pengelolaan PBM yang penting ialah menciptakan kondisi atau situasi sebaik-baiknya sehingga memungkinkan siswa untuk belajar secara optimal. Dengan demikian, agar PBM berlangsung dengan baik guru
harus dapat menciptakan suasana menyenangkan dan menantang, menyediakan serta mengatur sumber belajar sehingga siswa bebas memilih sumber-sumber belajar yang sesuai dan mudah diperoleh.
Salah satu sumber belajar yang ada dan dapat diadakan di
sekolah adalah perpustakaan. Perpustakaan harus mampu menjalankan fungsinya
dengan baik untuk menyediakan informasi yang dibutuhkan siswa. Kegiatan siswa
dalam memperoleh informasi melalui perpustakaan sebagai sumber belajar merupakan tahapan awal dalam proses belajar yaitu
tahapan memperoleh informasi (acquisition), dimana tahapan ini
akan
mempengaruhi tahap-tahap berikutnya yaitu tahap penyimpanan informasir
(storage) dan tahap mendapatkan kembali informasi (retrieval) dimana
siswa akan mengaktifkan kembali fungsi-fungs memorinya menjadi sebuah
pemahaman dan perilaku untuk merespon stimulus yang sedang dihadapi.
Demikian berartinya fungsi sebuah perpustakaan dalam menunjang PBM di
sekolah, sehingga patut kiranya bagi sekolah untuk memberikan prioritas
bagi pengembangan perpustakaan sekolah dengan baik.
Namun
demikian perlu diingat bahwa pengaruh perpustakaan dalam proses
belajar mengajar sangat tergantung pada kemampuan perpustakaan dalam
menjalankan fungsinya serta adanya usaha siswa untuk memperoleh
informasi melalui
perpustakaan. Disinilah terjadi hubungan timbal balik antara siswa
dengan
perpustakaan. Siswa mempunyai kebutuhan untuk memperoleh informasi dan
kebutuhan tersebut dipenuhi oleh perpustakaan. Hal ini berarti bahwa
perlu adanya perhatian sekolah untuk memberdayakan perpustakaan sekolah
dengan segala penunjang yang dibutuhkan, serta kerja sama dari guru
untuk memotivasi siswa menggunakan perpustakaan sebagai sumber belajar,
baik dengan memberikan tugas terstruktur yang datanya didapat dari buku
referensi di perpustakaan maupun mengalokasikan waktu belajar Bahasa
Indonesia (misalnya) dengan program "Visit Library and Story Telling".
Dengan demikian siswa akan merasa membutuhkan keberadaan perpustakaan
sekolah baik untuk memenuhi kebutuhan informasi maupun mengisi waktu
luang mereka. Efek domino dari pengoptimalan fungsi perpustakaan sekolah
ini tentu saja adalah meningkatkan minat baca anak, sehingga mereka
dapat berkembang menjadi individu yang gemar menggali informasi dari
buku sebagai jendela informasi dunia.
Perpustakaan yang efektif
Perpustakaan
yang efektif adalah perpustakaan yang
menarik perhatian anak-anak, nyaman, mempunyai tempat yang cukup bagi
anak-anak
untuk membaca buku dengan leluasa, menulis, mendengarkan rekaman dan
jika
memungkinkan ada fasilitas komputer. Jika memungkinkan sekolah hendaknya
menempatkan perpustakaan pada lokasi yang tenang dan jauh dari
kebisingan (play
ground, aula, atau kantin sekolah). Apabila hal ini tidak mungkin
dilakukan,
sebaiknya sekolah mengupayakan untuk menempatkan perpustakaan pada ruang
tertutup, sehingga dapat mereduksi kebisingan dari aktivitas sekolah
lainnya dan suasana tenang didalam perpustakaan pun tetap terkondisi
dengan baik. Selain itu luas ruang perpustakaan hendaknya cukup memadai
dengan
penerangan yang bagus, tempat duduk yang nyaman untuk membaca dan
menulis,
bahkan jika memungkinkan mendengarkan musik (menggunakan headset). Rak
buku
untuk mendisplay buku (terutama buku-buku yang besar) juga harus
terpajang dan
tertata rapi. Hal lain yang juga perlu diperhatikan dalam rangka
pengoptimalan
fungsi perpustakaan adalah pustakawan yang akan bertugas mengembangkan
koleksi
pustaka, melakukan katalogisasi dan perawatan buku-buku pustaka, serta
melayani
pengunjung perpustakaan dan memberikan informasi berkaitan dengan
koleksi
pustaka.
Dengan memanfaatkan perpustakaan sebagai sumber belajar,
maka siswa akan memiliki kesempatan untuk mengembangkan seluruh potensinya,
yaitu:
- Pertumbuhan sosial/emosional
Dari
buku, anak belajar tentang banyak hal, sehingga dapat mengembangkan
empatinya terhadap kisah tokoh dalam menghadapi perjuangan hidup yang
susah dan penuh tantangan. Hal ini berarti bahwa anak-anak dapat
mengembangkan keterampilan sosial
mereka melalui sharing/cerita yang dikisahkan dalam buku yang mereka
baca.
- Pertumbuhan Fisik
Anak-anak
dapat melatih otot-otot mereka ketika
menggunakan alat-alat tulis dan mengembangkan imajinasi. Mereka akan
menggunakan otot mata mereka
ketika mengikuti gambar dan kata dalam buku serta akal fikirannya untuk
mengembangkan daya khayal yang dapat mereka representasikan dalam sebuah
gambar illustrasi.
- Pertumbuhan kognitif
Buku membantu anak-anak mendapatkan pemahaman terhadap
dunia sekitar dengan lebih baik. Anak juga akan mendapat informasi lebih
mendalam tentang sebuah materi pembelajaran di kelas melalui berbagai buku
referensi pada koleksi perpustakaan sekolah.
- Pertumbuhan Bahasa
Semua aspek baik membaca, menulis, mendengar, dan
berbicara, dapat diasah diruang perpustakaan. Ketika anak mendengar cerita melalui kegiatan story
telling yang dilakukan oleh guru, khususnya untuk siswa kelas 1 SD, mereka
belajar kata-kata baru dan artinya, sehingga pemahaman bahasa mereka meningkat. Demikian
pula dengan kemampuan berbicara ketika anak diminta memberikan komentar oleh
guru setelah cerita selesai dibacakan. Sedangkan bagi siswa yang sudah dapat
membaca, maka kegiatan visit library jelas akan membuat anak menjadi lebih
trampil membaca dan menuliskan sinopsis sederhana dari buku yang dibacanya.
Backlink here..
{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }
Posting Komentar